Blog ini sebagai wadah para pengunjung untuk lebih mengenal bagaimana Adat dan Budaya Tongkonan Sassa' di Tana Toraja Sebagai salah satu simbol terbesar dari keanekaragaman adat dan budaya di Indonesia
WELCOME
Senin, 01 Agustus 2016
A. BIOGRAFI MASYARAKAT ADAT TONGKONAN SASSA'
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, danKabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia dan menjadi salah satu situs warisan budaya dunia yang terdaftar di UNESCO.. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.
Tongkonan Sassa’ merupakan asal usul budaya dan tempat lahirnya sejarah-sejarah kerajaan di Bumi Tana Toraja. Silsilah dimulai dari Puang Tamboro Langi’Tomanurung Pertama yang menurut Hikayat turun dari lagit di puncak Gunung Gasing (Kecamatan Mengkendek) pada pertengahan abad 4.
Puang Tamboro Langi’ inilah yang merupakan raja petama dan leluhur raja-raja di Kerajaan Tana Toraja Tongkonan Sassa’. Dari abad ke 4 inilah adat budaya di tana toraja terbentuk dan menjadi ciri khas kedaerahan sampai sekarang dengan landasan adat yang masih dipegang teguh.
Puang tomanurung Tomboro Langi’ adalah seorang yang turun dari langit di puncat gunung Gasing dan beliau ber gelar puang (ampuan=ampu) dan tinggal di mangkendek, beliau merupakan keturunan dewa kayangan sebagai mahluk setengah dewa dengan To Matasak maka masyarakat memuja dan menyanjungnya. Puang Tomanurung Tomboro langi’ membawa aturan keagamaan yang disebut aluk. Aluk merupakan aturan keagamaan yang menjadi sumber dari budaya dan pandangan hidup leluhur suku Toraja yang mengandung nilai-nilai religius yang mengarahkan pola-pola tingkah laku hidup dan ritual suku Toraja untuk mengabdi kepada puang matua. Cerita tentang perkembangan dan penyebaran Aluk terjadi dalam lima tahap, yakni: Tipamulanna Aluk ditampa dao langi’ yakni permulaan penciptaan Aluk diatas langit, Mendemme’ di kapadanganna yakni Aluk diturunkan kebumi oleh Puang Buru Langi’ dirura. Beberapa Tokoh penting dalam penyebaran aluk, antara lain: Tomanurun Tambora Langi’ adalah pembawa aluk Sabda Saratu’ yang mengikat penganutnya dalam daerah terbatas yakni wilayah Tallu Lembangna. Selain daripada itu terdapat Aluk Sanda Pitunna disebarluaskan oleh tiga tokoh, yaitu : Pongkapadang bersama Burake Tattiu’ menuju bagian barat Tana Toraja yakni ke Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Ba’bana Minanga, derngan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja “To Unnirui’ suke pa’pa, to ungkandei kandian saratu yakni pranata sosial yang tidak mengenal strata. Kemudian Pasontik bersama Burake Tambolang menuju ke daerah-daerah sebelah timur Tana Toraja, yaitu daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa, Ta’bi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : “To Unnirui’ suku dibonga, To unkandei kandean pindan”, yaitu pranata sosial yang menyusun tata kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial.
Dalam Tongkonan Sassa’ Mereka mendirikan rumah adat tempat pertemuan. Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu. Bangunannya terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan rumah), dan sulluk banua (kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos rumah terikat pada 4 penjuru mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Bangunan kebanggaan orang Toraja ini harus menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi) sebagai sumber kebahagiaan.
Secara teknis pembangunan rumah adat ini adalah pekerjaan yang melelahkan, sehingga dilakukan dengan jumlah orang yang banyak. Ada beberapa jenis; Tongkonan layuk yang merupakan tempat kekuasaan tertinggi digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan pekamberan milik anggota keluarga yang kewenangan tertentu dalam adat. Dan Tongkonan Batu, tempat masyarakat kebanyakan tinggal. Ada juga tongkonan yang dibangun dalam waktu semalem, untuk keperluan upacara. Jadi rumah adat ini bagi masyarakat Toraja lebih dari sekadar rumah adat. Dan setiap tongkonan terdiri dari; Tongkon (rumah) dan Alang (lumbung) yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan Tongkonan danAlang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan. Halaman memanjang antara bangunan dan Alang disebut Ulubabah.
Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran adatnya, walau bentuknya sama persis, yaitu: Tongkonan Layuk : sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat membuat peraturan. Tongkonan Pekaindoran/Pekanberan : tempat untuk melaksanakan peraturan dan perintah adat. Tongkonan Batu Ariri: tempat pembinaan keluarga serumpun dengan pendiri Tongkonan. Tongkonan Sassa merupakan Simbol Keturunan dari Puang Tomanurung Tomboro Langi’ yang memegang Warisan atau Tahta Kerajaan/Ketua Pemangku adat Kerajaan di Tana Toraja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Waw sudah ada raja di totaja ya..??
BalasHapusDimana kerajaanya di toraja
Waw sudah ada raja di totaja ya..??
BalasHapusDimana kerajaanya di toraja
jgn mengada2.. siapapun admin blog ini, sadar komi.. tae na permainkan ke susi te..
BalasHapus